Tugas Kelompok
“Flue Gas Cleaning”
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Sanitasi
Dan Pengelolaan Limbah
Oleh:
Dewi Kurniawati
105100403111008
Dzulvina Utami 105100107111001
IGN Pratama Putra 105100403111007
Moh. Wahid Wahyu Kurniawan 105100103111004
Okkie Dhyantari 105100107111007
Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2012
·
Catalytic reduction
Reduksi selektif katalitik yang digunakan dalam mereduksi NOx
adalah NH3 dengan bantuan oksigen berlebih serta dengan katalis yang
berupa zeolite, Mo2O3, V2O5, WO3,
Fe-Cr oksida, dan Cr2O3-Al2O3. Dari
beberapa katalis yang dapat menghasilkan
oksidasi logam yang baik adalah CuO/y-A12O3.
Pengoptimalan proses ini dapat menggunakan logam atau bahan keramik tetapi yang
banyak digunakan adalah aluminium. Reaksi inio terjadi pada temperature 300-600
0C (anonymous,2012).
Reaksi yang terjadi pada reaksi reduksi NO
pada katalis alumina (Al) dan penggunaan reduksi C2H4
C2H4
+ O2 → CxHyO (1)
NO
or NO2 + CxHyO → CxHyOz → N2 (2)
NO
+ O2 → NO2 (3)
NO2
+ C2H4 → N2 (4)
C2H4
+ O2 → CO2 (5) (Sarwono,2009).
Senyawa yang digunakan dalam reaktan yaitu
oksigen, NOx, senyawa reduksi berupa gas dan untuk senyawa katalis berupa
larutan (Sarwono,2009).
·
Injected active carbon powder
Powdered Activated Carbon (PAC) diterapkan sebagai
perkembangan dalam pengolahan limbah cair, dimana PAC dapat mengadsorpsi
senyawa organik, bau dan rasa, peptisida serta senyawa organik sintetis
lainnya. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa PAC dapat (i) memberikan
penyisihan (removal) dari Natural Organic Matter (NOM) dan Synthetic Organic
Compounds (SOC), (ii) mengurangi beban Dissolved Organic Pollutant (DOP) pada
membran, dan (iii) mencegah terjadinya fouling pada membran [12].
Powdered activated carbon mengandung senyawa seperti
carbonyl, carboxyl, phenol lactone, quinine, dan ether. Senyawa ini
mengakibatkan activated carbon mempunyai sifat adsorpsi.
Reaksi :
CH4 + 2O2 à CO2 + 2H2O ∆H=
-799 kJ …………….. (3)
CH4 à C + 2H2 ∆H=
92 kJ ………………. (4)
Proses ini menghasilkan carbon black tidak lebih dari
5%, sehingga sudah ditinggalka
Mekanisme perbaikan
karbon aktif pada proses lumpur aktif dapal dikelompok sebagai berikut:
1. Aktivitas biologis
mikroorganisme ditingkatkan oleh karbon aktif (enhanced bioactifity 'stimulation of biological activity'),
2. Bioregenerasi.
3. Adsorpsi produk
metabolit (metabolite products.)
Mekanisme
pertama, yaitu kemampuan karbon aktif untuk meningkatkan aktivitas mikroba
disebabkan oleh (a) . Naiknya konsentrasi senyawa organik pada permukaan karbon
aktif, (b). Waktu 37 kontak yang lebih panjang antara mikroba dengan senyawa organic
yang teradsorpsi, (c). naiknya konsentrasi oksigen pada permukaau karbon aktif;
(d) adsoprsi senyawa -s«nyawa toksik, (e). pergeseran populasi (population
shift) mikroorganisme karena bakteri-bukanpembentuk-flok teradsorpsi.
Mekanisme
bioregenerasi adalah proses biodegradasi senyawa organic yang teradsoprsi,
sehingga permukaan karbon aktif dapat di gunakan kembali untuk adsorpsi senyawa
organik yang teradsorpsi disisihkan dengan desorpsi, asimilasi mikroba langsung
pada permukaan, atau reaksi enzim.
Mekanisme
yang ketiga yaitu mekanisme adsorpsi produk metabolit dapat menjelaskan mengapa
p enyisihan senyawa organik yang lebih baik diperoleh dengan penambahan kar bon
aktif. Hal ini disebabkan produk-produk metabolit yang merupakan zat organik
diadsorpsi oleh karbon aktif, sehingga kandungan organik di fasa cair menurun dengan
nyata.
·
Particle filtration
Senyawa : HA (Asam Hyluronic) yang tidak hanya mengatur organisasi
ECM (matriks seluler), tetapi juga berperan dalam adhesi sel, kenker metastatis
dan motilitas sel. HA juga berfungsi untuk peningkatan pertumbuhan, stabilitas
tulang rawan dan lainnya.
Reaksi :
Mekanisme :
Partikel HA (sub) micron
yang mengandung 6,8 % wt 0.2 M NaOH, HA MW: 560 kDa direaksikan dengan 15 ml
isooctane yang mengandung 0.2 M AOT dan 0.04 M 1-HP. Campuran tersebut kemudian
divortex, DVS (60 % dibaningkan dengan HA unit yang berulang) sebagai
crosslinker dan sistem mikroemulsi air dalam minyak, kemudian ditambahkan dan
reaksi dilanjutkan selama satu jam pada temperatur yang sesuai dengan kecepatan
pengadukan 2000-2200 RPM. Particle filtration terjadi pertama dengan
penyaringan menggunakan kertas filter Whatman (partikel retensi & gt; 8
& amp; # 956; m) menggunakan penambahan aseton sebagai pelarut untuk
menghilangkan surfaktan dan un-reacted crosslinker
karena stabil saat dilapisi AOT tetapi juga dapat mengendapkan partikel HA
hydrogen. Fase atas adalah senyawa organic (isooctane dan aseton) terdekantasi,
dan endapan re-suspended dalam aseton disentrifugasi pada 4500 rpm selama 10
menit. hasil saringan diukur dengan gravimetri. Pengulangan penyaringan dengan
penambahan aseton dilakukan setidaknya
tiga kali. Partikel yang ada disentrifugasi dan dikeringkan dibawah
tekanan vakum. Campuran reaksi selanjutnya mengalami particle filtration
kembali (partikel retensi & gt; 2,5 & amp; # 956; m) untuk pemisahan
partikel dengan aseton, dimana jumlah aseton lebih besar dari aseton.
·
Desulfuratio
Stukstur
desulfurization
(Shiraishi,
Y,2001)
Cara
paling popular dari desulfurization adalah pembersihan dari belerang dari baja
cair ke dasar mengurangi ampas bijih. Terak basa adalah satu ampas bijih
mengandung sebagian besar oksida dasar: CaO, MgO, MnO, FeO. Kawan Metode yang
popular desulfurisasi adalah pengangkatan belerang dari baja cair keterakterak
mengurangi dasar adalah terak yang mengandung oksida terutama dasar Dasar:.
CaO, MgO, MnO, FeO.
Sebuah terak dasar khas terdiri dari 35
- 60% CaO + MgO, FeO 10 - 25%, 15 - 30% SiO 2, MnO 5 - 20%
Transisi belerang dari baja untuk terak dapat
disajikan oleh reaksi kimia berikut:
[S] + (CaO) = (CaS) + [O][S] + (CaO) = (CAS) + [O]
The equilibrium constant K S1 of the reaction is:S1kesetimbangan K konstan dari reaksia dalah:
K S1 = a [O] *a (CaS) /a [S] *a (CaO)K S1 = a [O] * a (CAS) / a [S] * a
[S] + (CaO) = (CaS) + [O][S] + (CaO) = (CAS) + [O]
The equilibrium constant K S1 of the reaction is:S1kesetimbangan K konstan dari reaksia dalah:
K S1 = a [O] *a (CaS) /a [S] *a (CaO)K S1 = a [O] * a (CAS) / a [S] * a
Aktivitas
kimia tinggi dari agen desulfurization (Ca, Mg); Kimia Aktivitas tinggi dari
agen desulfurisasi (Ca, Mg) Area kontak tinggi di antara tahap baja dan ampas
bijih; Kontak tinggi daerah antara baja dan fase terak; Menggerakkan
menyediakan kondisi kinetic baik dari desulfurization; Pengadukan menyediakan
kondisi kinetic baik desulfurisasi Buat buatan dari dasar bukan mengoxidasi
ampas bijih mampu untuk menyerap produk dari
reaksi desulfurization (CaS, MgS). Kehadiran dasar bukan teroksidasi
terak mampu menyerap produk dari reaksi desulfurisasi (CAS, MGS).Materi berikut
dipergunakan seperti agen desulfurizing: Bahan berikut digunakan sebagai
desulfurizing agen: Campuran ampas bijih CaO (50 - 90%) + CaF 2 (10 - 20%) +
Satu 2 lO 3 (MEMASUKI - 30%); Terak campuran CaO (50 - 90%) + CaF 2 (10 - 20%)
+ SATU 2 IO 3 (MEMASUKI - 30%);
CaSi; Casi,CaC 2; CAC 2;CaC 2 + Mg; CAC 2 + Mg; Jeruk nipis (CaO) + Mg; Kapur (CaO) +
Mg; Ca + Al; Ca + Al; Ca; Ca; Mg. Mg
Pada desulfuzitaion biasanya kita bias
menggunakan pada batu bara. Pemanfaatan batubara merupakan
salah satu sumberdaya energi yang paling siap menggantikan peranan minyak bumi,
mengingat sumberdaya batubara Indonesia cukup melimpah 57,8 milyar ton (2005)
(Purnomo Yusgiantoro, 2006) dengan pengusahaan handal, harga relatif murah dan
stabil serta ditunjang oleh ketersediaan teknologi konversi batubara yang telah
terbukti keandalannya secara teknis menghasilkan gas/minyak sintetis bernilai
ekonomis tinggi sekaligus ramah lingkungan, walaupun minyak mentah pada tingkat
harga USD 40/barrel.pada batu bara ini juga bias di jadikan limbah padat yang
mana limbah ini bsa digunakan sebagai pembangkit listrik (Purnomo Yusgiantoro, 2006)
Gasifikasi
batubara secara parsial merupakan proses karbonisasi atau pirolisis batubara
dengan pemanasan pada suhu 950~1350oC dan tekanan 1atm menggunakan
udara/oksigen terbatas untuk menghasilkan kokas+tar+gas. Proses ini biasanya
digunakan oleh industri gas kota, di mana produk gas sintetis mengandung CH4+H2
dengan nilai kalori 500 Btu/scf dimurnikan dan didistribusikan sebagai gas kota, sementara hasil samping kokas+tar dijual. Proses
karbonisasi batubara pada suhu rendah (500~600oC) atau suhu sedang (700~800oC)
menghasilkan gas sintetis dengan nilai kalori lebih tinggi daripada 500
Btu/scf, namun kualitas hasil samping kokas rendah (Francis W., 1965). Dan
biasanya pada desulfurization ini bisa kita jumpai juga pada gas alam adalah
residu oil (kondensat) yang mirip minyak mentah (crude oil) dengan kualitas
yang terbaik. Residu oil (kondensat) banyak digunakan sebagai solvent pada
dunia industri dan bahan bakar untuk kendaraan. Sedangkan
keberadaan sulfur yang sangat sulit untuk dihilangkan pada bahan bakar cair
seperti kerosene, gasoline, diesel fuel dan residu oil, sehingga menjadi
perhatian yang penting untuk memperoleh metode yang tepat untuk menghilangkan
kandungan sulfur dalam bahan bakar cair tersebut. (Asghar et al.2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar